Beruntung saya diingatkan oleh sahabat saya Riki, ada dua berita (28/08/2008) di SK Kompas kolom Teropong yang menanggapi berita sebelumnya atas kurangnya minat generasi muda saat ini untuk memasuki dunia pendidikan di bidang pertanian.
Kalau ada kesempatan ingin rasanya beliau:
Kita ajak diskusi disini.
Tapi apa yang dikatakan beliau memang benar, saya teringat masa lalu saya, setelah lulus SMA (1975) banyak kawan2 saya mengajak masuk perguruan tinggi jurusan pertanian. Apa yang terbayang oleh saya saat itu?
ah... jadi petani, ga mau ah... disawah, berlumurkan tanah, kotor, dll. Pokoknya kesannya kumel kampungan desa.
Waktu berjalan (saat ini 2008) banyak kawan2 dan angkatan saya (1975) yang sukses ada yang di Departemen, jadi Direktur disuatu lembaga, dll pokoknya sukses lah dia2 itu dari mengenyam pendidikan di bidang pertanian, katanya sudah ada yang sampe S3.
Tapi... Tapi.... Saya jadi termenung dan sedikit tertawa, jangan2 dulu rekan2 saya itu sama seperti saya tapi tujuannya yang berbeda yaitu mendapatkan gelar (katanya ada yang S3). Kenapa temenung dan tertawa? ya.... sumbangsihnya mana untuk pertanian. Hidup dengan kemewehan dan jabatan tinggi serta menyandang titel sarjana pertanian.
Tapi apa yang jadi pada petani sungguhan, bisa dilihat pemandangan kegiatan sebagian dari petani kita oleh mata siapa saja di sepanjang jalur pantura, membajak sawah, kepanasan, kehujanan. dll.
Thursday, August 28, 2008
Minat Studi Pertanian Menurun?
Label:
Education
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment